Ini adalah cerita harian orang desa. Jika mereka sakit dan dibawa ke rumah sakit, mereka tidak langsung ditangani. Rumah sakit itu takut akan tidak dibayar. Mereka minta surat dari desa, bahwa mereka dinyatakan miskin. Padahal mereka juga sanggup untuk membayar, walaupun harus jual sawah atau ladang mereka.
Tetanggaku hari ini dibawa kerumah sakit, bukan langsung ditangani, malah minta surat pernyataan dari desa. Pihak keluarganya pun marah dan bilang "kita mau mbayar, bukan mau utang".
Memang rumah sakit di Indonesia dipentingkan uangnya dulu, bukan nyawa manusianya. Mereka membuat rumah sakit untuk bisnis, bukan untuk membantu rakyat. Aku juga pernah waktu itu aku berdarah karena jatuh, kepalaku bercucuran darah, bukan ditangani dulu, tapi malah disuruh menunggu keluargaku dulu. Mereka sangat takut jika orang yang datang kerumah sakit tidak membayar.
Jika orang miskin sakit, rumah sakit pun menolak. Lalu kapan negeri ini bebas dari orang miskin. Apakah orang miskin di Negeri ini seperti virus?
Semakin banyak pengangguran, semakin bertambah orang miskin, dan orang miskin, perlu diperhatikan dan dibantu. Bukan dalam bentuk uang seperti BLT, tapi dengan pekerjaan yang layak. Karena mereka bukan malas untuk bekerja, tapi tidak ada lowongan pekerjaan untuk mereka.
Anda mungkin tidak mau berpikir tentang kemiskinan. Tapi cobalah mengerti tentang harga diri orang miskin. Bentuk kita, anggota badan kita, sama persis dengan mereka. Tapi hanya perbedaan nasib dan kesempatan untuk maju, yang menjadi kesenjangan.
Aku menulis artikel ini, karena aku mewakili orang miskin, walau aku miskin, aku terus ingin maju selangkah demi selangkah, agar status "miskin" dipundakku hilang.
Jika Rumah Sakit Menolak
Diposting oleh
andreas
Sabtu, 19 Juli 2008
0 komentar:
Posting Komentar