BUNGA BANGSAKU

The World Explorer

Nyawa Di Pucuk Ranting Kering

Ini adalah kisah tragis dari desaku. Seorang wanita paruh baya yang sedang mencari makan untuk keluarganya, berjalan menyusuri jalanan setapak menuju hutan jati yang berada sekitar empat kilometer di selatan desaku.

Ia hanya berharap mendapatkan seikat ranting pohon kering untuk dijual dan ditukarkan dengan satu kilogram beras. Sebuah kerja keras yang tidak sesuai dengan apa yang ia dapatkan.

Tapi apa daya, semua harus ia jalani untuk bertahan hidup. Anaknya yang masih kecil, suaminya yang tak menentu penghasilannya, membuat kakinya seperti kaki besi yang kuat berjalan hingga puluhan kilometer.

Hanya satu botol minuman air tawar yang dibawanya. Itupun hanya penghilang dahaga. Dan itupun perut yang melilit tak di hiraukannya.

Hidup memang penuh perjuangan keras, apalagi di negeri ini.
Ibu yang perkasa tadi, rupanya ditakdirkan lain oleh sang pencipta. Ibu itu ketika berjalan melewati jalanan setapak ditengah hutan jati, terkena ranting lancip yang patah dari atas pohon jati yang agak besar. Ia pun tewas seketika itu juga.

Demi seikat ranting kering kayu jati, ia harus meninggalkan dunia ini dan suami serta anaknya. Demi seikat ranting yang bernilai hanya lima ribuan rupiah itu, ia mengorbankan dirinya.

Sebuah pilihan hidup yang sangat menyakitkan. Tapi siapa yang perduli, apakah negeri ini perduli akan kami orang miskin. Atau Tuhan yang menciptakan kami yang sangat kejam hingga kami harus hidup sengsara hanya untuk makan satu piring nasi dan satu lauk ikan serta semangkok sayur?

Di lain tempat, banyak diantara kita bermabuk-mabukan dan berhura-hura dan membuang uang serta makanan dengan tanpa beban. Rasakanlah kelaparan itu seperti apa, rasakanlah anak menangis minta makan seperti apa, rasakanlah jika anda sakit dan ditolak rumah sakit seperti apa. Renungkanlah sejenak jika hidup tak lagi berharga ditengah masyarakat dan kita adalah golongan yang sangat fakir dan tak punya apa-apa.

Jawabnya ada dilangit, dan sebagian sebabnya adalah dari kepedulian negeri ini terhadap rakyatnya.

Dan sampai saat ini, banyak ibu-ibu perkasa yang pantang mundur mencari ranting-kering di hutan untuk sepiring nasi, semangkok sayur dan sepotong lauk.

0 komentar:

Pengikut